Entri Populer

Sabtu, 12 Maret 2011

FEATURES Minggu, 13 Maret 2011 , 08:08:00 Warga Manado saat Dilanda Kepanikan Hebat karena Kabar Tsunami Pasien Mendadak Sehat, Undangan Tinggalkan Kawinan

Suasana kepanikan di Kota Manado, Sulawesi Utara, Jumat (11/3) sore seiring ancaman tsunami akibat gempa Sendai, Jepang. Foto : Manado Post/JPNN

Saat kepanikan warga Manado, Sulut, memuncak Jumat sore lalu (11/3), tsunami kiriman Jepang malah menerjang Papua malam itu. Selain merusak puluhan rumah di Kampung Tobati, Teluk Youtefa, satu orang dilaporkan tewas. Bencana ini makin membuat warga Manado kembali ketakutan.

=============================

SEKITAR pukul 17.00 WIT slang infus masih menjuntai dan jarumnya masih menancap di lengan Pangkey, penderita sakit jantung di Rumah Sakit Pancaran Kasih, Manado, Sulawesi Utara (Sulut). Botol infus masih berisi cairan bening yang hampir habis.  Kondisi perempuan 50-an tahun itu sangat lemah. Matanya tertutup, tak bisa bicara, dan terbaring lemas di atas tempat tidur.

"Kami harus pulang ke rumah karena tidak ada perawat lagi di sini," kata Fernando Pangkey, anak pasien itu. "Kami tinggal menunggu mobil jemputan, tapi masih macet," imbuhnya di depan pintu masuk RS milik Yayasan GMIM (Gereja Masehi Injili Minahasa) itu.

Pangkey adalah satu di antara dua pasien yang "tertinggal" di RS itu pasca peringatan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang menyatakan tsunami Jepang akan menghantam Sulut. Puluhan pasien lain sudah dibawa lari keluarga masing-masing ke RS yang lebih aman di dataran tinggi.

Di antara puluhan pasien itu, ada yang mendadak sehat karena panik. "Iya, tadi ada yang sudah lari-lari, padahal sebelumnya lebih banyak berbaring di tempat tidur," ungkap seorang dari tiga perawat yang masih bertahan di RS itu. "Ndak tahu ke mana teman-teman (perawat) lain" Mereka sangat panik," kata perawat yang tak mau menyebutkan namanya itu.

Praktis, RS yang berlokasi di dekat pantai atau tepatnya di tengah permukiman kapal sandar itu terlihat sepi Jumat petang lalu. Padahal, sekitar pukul 19.00 rumah sakit tersebut selalu ramai dengan lalu lalang paramedis maupun keluarga pasien.

Namun, saat itu tak lebih dari sepuluh orang yang terlihat. Itu pun sudah di lantai bawah. Menurut Fernando, saat ada pengumuman dari BMKG, seluruh penghuni gedung dua lantai itu panik. Suasana menjadi kacau. Orang-orang tak pernah berhenti menelepon. "Justru petugas kesehatan yang lari dulu, tinggal pasien yang ada di dalam," ujarnya.

Bahkan, seorang pasien perempuan yang masih dalam tahap pemantauan untuk operasi pengangkatan mioma Jumat sore lalu hanya ditemani anaknya yang berusia 7 tahun di ruang opname. "Suster, saya pusing," kata ibu itu kepada perawat.

Saking paniknya, tiga perawat tadi hampir menjatuhkan pasien tersebut saat memindahkannya dari tempat tidur ke kereta dorong. Pasien tersebut akan diungsikan sementara ke Rumah Sakit TNI AD Teling. "Dipindah ke rumah sakit yang lebih aman," ujar seorang perawat.

Tempat parkir RS yang biasanya sesak dengan kendaraan pun hari itu terlihat sepi. Wali Kota Manado Vicky Lumentut yang datang mengunjungi RS Pancaran Kasih agak terkejut dengan suasana sunyi itu. Vicky yang datang dengan sepeda meminta pasien tidak terlalu panik.

"Isu tsunami memang benar, tapi kekuatannya tidak terlalu besar. Itu pun belum tentu terjadi. Saya berharap jangan sampai membuat pasien panik. Apalagi, bagi mereka yang sakit, malah terbebani dan menjadi penyakit baru lagi," ujar Vicky.
Kepada Pangkey, Vicky berkelakar.

"Andai saya bisa membuka dan memasang kantong infus itu, pasti saya akan bantu ibu untuk membukanya," candanya. Informasi lain menyebutkan, kepanikan juga terjadi di RS Prof Kandow Malalayang. Banyak pasien dilaporkan meninggalkan rumah sakit karena takut menjadi korban tsunami.

"Bahkan, ada yang pulang paksa meski kondisi sebenarnya tidak izinkan untuk pulang," ujar Marzuki, mahasiswa Kedokteran Unsrat yang magang di RS itu. Di antara pasien yang baru meninggal juga dilaporkan ditinggal "lari" oleh keluarganya begitu saja. "Suasana berduka kalah dengan panik," katanya.

Sementara itu, beberapa tempat seperti Teling, Bumi Beringin, Kampus, Winangun, dan lokasi di ketinggian lain dipilih warga untuk mengungsi. Warga juga memadati kantor-kantor pemerintah. Banyak di antara mereka menangis sambil membawa tas berisi barang seadanya. Pantauan koran ini, ada yang duduk-duduk di sepanjang trotoar Jalan 17 Agustus sambil memeluk tas berisi pakaian.

Beberapa perempuan muda terlihat menyuapi anaknya. Di Masjid Kartini Bumi Beringin, ratusan warga dengan berbagai perlengkapan memenuhi masjid yang menjadi salah satu lokasi tempat evakuasi dalam latihan tsunami sebelum WOC 2009 lalu. Saking paniknya warga, sebuah acara kawinan yang digelar di Manado Convention Center, yang berlokasi di pinggir laut, juga ditinggal lari oleh hampir semua undangannya.

Secara terpisah, tak lama puncak kepanikan warga terjadi di Manado, sekitar pukul 21.00 WIT gelombang tsunami menerjang wilayah perairan Papua Utara. Tsunami dilaporkan merusak puluhan rumah dan jembatan di Kampung Tobati, Teluk Youtefa, Provinsi Papua.

"Beberapa rumah dan jembatan di Tobati rusak parah. Bahkan, beberapa hancur total akibat tsunami," kata Sekretaris Jemaat Gereja Kampung Tobati, Marcelino Hababuk, Sabtu (12/3/2011) pagi. Kampung Tobati merupakan pulau terpisah dari Kota Jayapura dan berada di tengah laut dalam Teluk Yotefa.

Dia menjelaskan, saat mendengar kabar tsunami menuju Jayapura, warga kampung Tobati langsung bergegas menuju gereja setempat yang berlokasi di atas perbukitan pulau itu. "Tiga kali kami melihat air naik-turun, dimulai sekitar pukul 20.30. Puncaknya hingga menghancurkan rumah dan jembatan kampung," kata Marcelino.

Sebelumnya pihak Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah V Jayapura, Papua, mengeluarkan peringatan akan terjadi tsunami di wilayah perairan Papua Utara pada pukul 20.00. "Yang termasuk perairan Papua bagian utara adalah Jayapura, Sarmi, Biak, Serui, dan daerah sekitarnya," kata Kepala BMKG Wilayah V Jayapura, Papua, Sudaryono.

Gelombang tsunami kiriman dari Jepang itu juga sampai di daerah Pantai Holtekamp, Distrik Muara Tami yang berjarak 75 km dari pusat Kota Jayapura. Hampir seluruh rumah warga yang bermukim di pesisir pantai wisata Holtekamp rusak parah. Puluhan perahu dan jaring milik nelayan juga ikut terseret ombak hingga 50 meter dari bibir Pantai Holtekamp.

Tsunami ini juga menerjang jembatan Kali Buaya di Poros Jalan Holtekam-Koya. Selain itu, seorang warga bernama Darwato Odang, 32, pengusaha tambak ikan, dilaporkan tewas. Dia ditemukan warga pukul 14.30 kemarin di pinggir jalan bibir pantai.

"Kami terus memantau kerusakan atau kerugian akibat bencana tsunami ini," kata Sekretaris Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Kota Jayapura Yohanis Wemben kemarin. Hingga tadi malam, warga Manado dan Papua masih waspada terhadap tsunami susulan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar